pagi ini, setelah menghirup udara subuh yang menyegarkan relung jiwa, aku menyalakan laptopku ingin mencoba say 'hello' dengan teman-teman dunia mayaku.. -kebiasaan setiap pagi-
aku kemudian menyapa beberapa akun yang online pagi ini, salah satunya guruku, pak Sumrah Hadi, guruku saat aku masih SMA..
Bercengkrama dengannya, tak lepas dari bidang tulis-menulis, langsung saja dengan blak-blakan guruku itu berkata "bapak mau baca tulisanmu di suara merdeka",
aku meringis.
belum pernah lagi -semenjak aku kuliah hingga saat ini- satu tulisannku tercatat di media cetak. belum pernah.
aku meringis.
belum pernah lagi -semenjak aku kuliah hingga saat ini- satu tulisannku tercatat di media cetak. belum pernah.
aku malu.
percakapan singkat itu membawaku pada memori beberapa taun silam.
saat itu aku duduk nomor tiga dari belakang, bagian kiri pojok, duduk manis mendengarkan guruku, pak sumrah, menjelaskan materi-materi jurnalistik, yang kebetulan menjadi satu muatan lokal di kelasku saat itu.
sekilas pak Sumrah memberikan informasi ada lowongan untuk para siswa/siswi SMA untuk menjadi penulis muda di warta kota, salah satu koran lokal di kotaku, jakarta. hanya seklias.
hatiku tercekat, entah kenapa sangat tertarik sekali dengan inforasi itu.
saat jam istirahat, langsung pada hari itu aku memberanikan diri untuk ke ruangan pak sumrah hadi, khusus untuk menemuinya, dan bertanya-tanya lebih tentang penjelasan pak sumrah tadi di kelas.
jadi persyaratannya aku harus mengirimkan tulisanku -apa saja, selain puisi- beserta biodata lengkapku ke warta kota.
bergegas aku membuat tulisan -yang baru pertama kali- ku lakukan. bingung bukan kepalang. aku mati gaya! aku tidak punya ide!... ditambah deadline yang tinggal beberapa hari lagi.
akhirnya, aku menulis tentang kesehatan gigi, yang intinya kita harus rajin sikat gigi dan lalalalala, karena kalau tidak kita akan kena karies dan alallalalala... itu adalah tulisan yang -sungguh- garing sekali. dengan modal nekat aku kirim tulisannku di dalam amplop coklat ke kantor pos.
pada akhirnya, aku tau, dua temanku juga mendaftar.. kapsah (kini di IPB) dan dessy (kini di akpol semarang).
dan luck! kita terpilih untuk mengikuti pelatihan membuat berita. :D
senang sekali rasanya, setiap akhir pekan, aku dan teman-temanku ke kantor warta kota, untuk berlatih menulis.. dan jujur bagiku itu hal yang menarik ! :) (kita menggunakan busway saat itu)
setelahnya, aku rutin untuk mencari berita, ke SMA-SMA, ke acara pentas seni, ke komunitas, ke mall,ke toko-toko unik, universitas, bahkan ke tempat penjual buku bekas dan toko helm. :D tak jarang teman-temanku sendiri (yang wajahnya ingin nampang di koran.. ups.. haha) juga aku mintai opini mereka tentang suatu issue yang ada di anak muda..
really, it was interesting :D..
saat itu ada seorang teman yang setia sekali mengantar jemputku kemana-mana untuk melakukan profesi jurnalis ini. bahkan sampai malampun.. terimakasih teman engkau pernah ada saat aku membutuhkanmu :)
uang yang aku hasilkan tidak banyak memang, tapi entahlah.. ada rasa tersendiri setiap aku menerima uang itu. rasanya uang itu berharga sekali. ketika itu aku belum punya rekening. gajiku selalu ditransfer ke rekening papah, setiap bulan dengan manja aku selalu minta uang itu ke papa, selalu menagih di setiap sore ketika papa pulang dari kantor (papaku sempat beberapa tahun bekerja di darat)..
deadline adalah motivasi ku untuk menulis.. kacau sekali, aku baru mau menulis ketika malamnya sudah harus dikirim by email ke romo. jadi ketika telah mendapatkan narasumber dan hasil interview ke lapangan, aku hanya menggeletakkan kertas-kertas itu dengan cantik diatas meja. baru pagi atau siang setelah aku ingat malam aku harus kirim berita ke romo, aku baru duduk dan mulai menulis.
pernah juga aku dimarahi romo, ketika aku mengirim file foto yang tidak sesuai, atau masalah teknis yang muncul di lapangan ketika saat akhir aku harus mencari berita sendiri :") sedih memang, tapi kini semua itu menjadi pembelajaran berharga untukku :)
deadline adalah motivasi ku untuk menulis.. kacau sekali, aku baru mau menulis ketika malamnya sudah harus dikirim by email ke romo. jadi ketika telah mendapatkan narasumber dan hasil interview ke lapangan, aku hanya menggeletakkan kertas-kertas itu dengan cantik diatas meja. baru pagi atau siang setelah aku ingat malam aku harus kirim berita ke romo, aku baru duduk dan mulai menulis.
pernah juga aku dimarahi romo, ketika aku mengirim file foto yang tidak sesuai, atau masalah teknis yang muncul di lapangan ketika saat akhir aku harus mencari berita sendiri :") sedih memang, tapi kini semua itu menjadi pembelajaran berharga untukku :)
dan hal yang lebih konyol, selalu, setiap tulisanku terbit di koran warta kota, aku selalu membeli lebih dari satu koran, minimal dua -____-' entah, untuk apa. yang pasti aku selalu ingin beli lebih.
indah sekali memang.. saat-saat itu.. :)
semua terus berjalan hingga aku kelas tiga akhir, saat itu aku ingin fokus ke studiku.. aku mau masuk PTN soalnya :)
aku bangga pernah menjadi jurnalis, aku bangga tulisanku di baca banyak orang..
aku bangga punya uang sendiri,
terimakasih untuk pak sumrah hadi yang selalu membuat saya termotivasi untuk menulis, terimakasih untuk seorang teman yang sekitar dua tahun menjadi pengantar jemput saya ke mana-mana, terimakasih untuk rekan-rekan tim yang pernah bekerja sama dengan saya, teimakasih untuk romo yang selalu setia mengedit tulisan saya yang masih kacau itu untuk senantiasa diterbitkan, dan terakhir terima kasih untuk mama papa yang selalu mendukung aku untuk terus bergerak maju....
*kayak nerima piala oscar -______-"*
dan closing statement from me :
menulislah, maka dunia akan melihatmu :)
Comments
Post a Comment